oleh Dimas Ferdiandhika
“Kalau bukan orang Indonesia yang membeli rancangan Indonesia, siapa lagi yang akan memajukan perkembangan kreatifitas di Indonesia.” Kata salah satu seniman di Indonesia.
Eropa merupakan kiblat fashion sedunia. Tidak ada yang tidak terhipnotis dengan barang-barang yang telah diciptakan oleh orang-orang dibenua tersebut. Tentu saja bahannya juga sebagian besar adalah yang berkualitas, sehingga walaupun sudah digunakan bertahun-tahun, bentuknya masih seperti aslinya. Tetapi, hal inilah yang membuat barang-barang benua tersebut harganya bisa selangit (mahal sekali).
Barang sekaliber Prada, Chanel, Bottega Venetta, Hermes, Dior, dan Gucci termasuk barang yang super mahal. Harga satu tas aja (untuk salah satu merk) ada yang bisa digunakan untuk DP sebuah mobil. Malahan ada barang yang seharga biaya seorang anak kuliah di universitas negeri hingga lulus.
Walaupun begitu, Indonesia yang negaranya merupakan negara berkembang (dunia ke-3) termasuk salah satu yang memiliki warga yang selalu berlangganan barang-barang ternama tersebut. Walaupun dilihat dari data di Indonesia, bahwa orang yang hidup dibawah garis kemiskinan lebih banyak dibandingkan warga yang hidup diatas garis kesuksesan (red: diatas garis kemiskinan) tetapi tetap saja, kita oleh negara luar dikenal sebagai negara konsumtif. Akibat dari warga kita selalu memborong banyak jika sudah belanja di luar negeri, termasuk Perancis (the expensive city).
Tetapi, bagaimana dengan produk dalam negeri? Survei membuktikan, ternyata pembeli produk dalam negeri masih sangat minim. Di Indonesia, yang masih kental dengan hukum gengsi (bukan rimba), membuktikan bahwa membeli tas di luar negeri lebih meningkatkan status di beberapa kalangan. Tentu saja kalangan orang berduit. Padahal, kalau dibandingkan produk luar dengan Indonesia tidak kalah menarik dan berkualitas.
Satu harga satu tas di Bagteria (merek Indonesia) belum tentu bisa membayar sepersepuluh harga tas Dior. Padahal kalau dilihat dari kualitas dan bentuknya, tidak kalah keren dari tas Dior. Kalau mau menggunakan pakaian yang anggun, tidak perlu mengumpulkan uang hingga bertahun-tahun untuk membeli merek Hermes. Cukup melihat katalog Indonesia dan temukan koleksi Biyan yang sangat mewah dan menawan. Bahanya nyaman, hasilnya bagus, dan kantong tetap lebih berat dibanding membeli gaun Hermes.
Kalau butuh desainer yang bisa bikin tapilan kita makin menarik, kita tidak butuh mencari Vera Wang dengan biaya sangat mahal. Cukup melihat list di majalah, siapa saja desainer terkenal di Indonesia. Ada Aji Notonegoro, Anne Avantie, Edward Hutabarat, Kanaya Tabitha, dan lain sebagainya. Atau juga mau menggunakan jasa perancang busana yang merangkap jadi artis, seperti Ivan Gunawan. Bagaimana kualitas jahitan mereka? Tentu saja sangat luar biasa. Malah bisa lebih bagus dari rancangan si Vera Wang.
Sedangkan kita tidak perlu capek-capek jalan-jalan ke luar negeri untuk mencari jenis bahan berkualitas. Di Indonesia, jenis kain lebih variatif , ada batik, ada kain songket, dan kain-kain lainnya. Kualitasnya juga bisa diuji. Batik sendiri merupakan kain yang paling terkenal. Karena hal ini merupakan salah satu yang menggambarkan bahwa Indonesia punya warisan yang indah dan sekarang termasuk baju persatuan, walapun tiap kota selalu memiliki baju daerah.
Mulai dari sekarang, mulailah menggunakan produk Indonesia! karena kalau bukan kita, siapa lagi?
Sunday, 13 June 2010
Indonesia Brand
Posted by Dimas dan Kinan at 10:25
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
4 comments:
orang tajir di Indonesia memang suka aneh. they bought those expensive stuff to impress people, even the ones they don't like.
ga heran kesenjangan sosial di Indonesia lebaaaaarrrr banget.
sangat bagus kalo kita semua mulai 'melek' ke produk dalam negeri yang ga kalah bagusnya.
Hidup karya anak negeri!!! :D
miris, ketika merek dagang yang mahal banget itu ternyata dibuat di Indonesia dengan upah yang jauh dari harga jual.
setuju banget! ayo mulai gunakan produk dalam negeri sendiri!
Kata depan seharusnya dipisah. Di bawah, bukan dibawah. Lalu, aku agak aneh baca yang "diatas garis kesuksesan (red: diatas garis kemiskinan)". Menurutku, jadi mubazir jadinya penjelasan yg di dalam kurung, tapi untungnya ini bukan koran ya. haha :D
Seperti yg dikatakan, selama masih berdasar hukum gengsi, gak utopis juga kalo mengharapkan produk Indonesia jadi juara, kecuali rasa nasionalisnya bisa ngalahin gengsi tsb. hehe
batiknya bagus banget dimceuuuuuuuuu!!!!!!!!!!!! mauuuu...!! beliin buat xora :-P. Woww!! coooooool!!!
orang Indonesia emang nomor 1 SDM kreatifnya! ayey!!
Post a Comment